DEPOK , JURNALTIMUR.COM – Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba, tampil sebagai narasumber utama dalam kuliah umum di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) dengan tema “The Power of Local Wisdom: Strategi Pemimpin Muda Membangkitkan Ekonomi Daerah.”

Dalam forum tersebut, Bupati Bassam menekankan pentingnya mengangkat nilai-nilai kearifan lokal, semangat kewirausahaan, serta pemetaan potensi wilayah untuk mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Mengawali paparannya, Bassam Kaduba membagikan kisah perjalanannya menuju dunia politik. “Saya tidak pernah membayangkan menjadi kepala daerah. Awalnya saya adalah seorang wiraswasta. Politik sama sekali tidak ada dalam rencana saya,” ungkapnya. Namun, takdir membawanya maju sebagai Wakil Bupati di usia 33 tahun, hingga kini menjabat sebagai Bupati Halmahera Selatan.

Bassam mengakui tantangan terbesar dalam memimpin Halsel adalah menyatukan keberagaman 22 etnis dengan budaya dan bahasa yang berbeda. Dari tantangan itu lahirlah semangat “Saruma” sebagai simbol persatuan dan dasar pijakan pembangunan daerah.

Ia menegaskan, visi agromaritim yang diusung Pemkab Halsel menjadi strategi utama dalam mengangkat potensi lokal—mulai dari kelautan, pertanian, hingga industri strategis. “Laut mencakup 78 persen wilayah Halsel, tapi kewenangan kita terbatas. Karena itu, kita harus cerdas dalam memanfaatkan potensi laut demi kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.

Di sektor pertanian dan perkebunan, komoditas seperti kelapa dan cengkeh menjadi perhatian serius. Pemerintah daerah tengah mendorong terbentuknya industri rumah tangga berbasis produk turunan kelapa, sekaligus menjalin sinergi dengan Kementerian Pertanian untuk menciptakan ekosistem usaha yang berkeadilan. “Harga kelapa, tidak seperti sawit, belum diatur dengan baik. Ini perlu kita benahi,” tambahnya.

Sementara itu, sektor pertambangan juga mendapat sorotan. Halmahera Selatan kini masuk dalam peta strategis nasional terkait hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Namun, Bassam mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya terlihat dari angka. “Tantangan kita sekarang adalah memastikan bahwa pertumbuhan ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Tidak hanya tumbuh, tapi juga merata,” ujarnya.

Sebagai strategi konkret, pemerintah mengembangkan pendekatan zonasi pembangunan berdasarkan potensi lokal. Halsel kini terbagi dalam lima zona—meliputi perikanan, perkebunan, hingga kawasan industri—untuk mendorong pembangunan berbasis kekuatan wilayah masing-masing.
Untuk memperkuat konektivitas dan akses pasar, Pemkab Halsel juga menjalin kerja sama dengan Pemkot Surabaya dalam membuka jalur perdagangan langsung. Di sisi lain, kemitraan dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) ditujukan untuk penguatan kapasitas daerah, khususnya dalam pengelolaan komoditas unggulan seperti cengkeh, pala, dan kelapa secara terintegrasi.

Bassam juga menekankan peran penting generasi muda dalam pembangunan daerah, terlebih di tengah momentum bonus demografi. “Generasi muda adalah kekuatan utama. Jika diberi ruang dan arah yang tepat, mereka bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal,” katanya.

Menutup kuliah umum, Bassam menyampaikan harapan kepada para mahasiswa yang hadir. “Saya berharap pertemuan ini bisa membangkitkan semangat kita semua untuk mulai memetakan masa depan. Karena masa depan daerah—bahkan bangsa—ada di tangan kalian,” tutupnya. (Red)